Jumat, 21 Juni 2013

Daftar Kuota Sementara Haji 2013 Setiap Provinsi



Kuota jamaah haji Indonesia mengalami pengurangan dari yang sebelumnya 211.000 orang menjadi 168.000 orang untuk 33 provinsi di Indonesia. Hal ini sebagai dampak dari renovasi Masjidil Haram yang sedang berlangsung.


Pemerintah Saudi Arabia melakukan pemotongan kuota haji terhadap seluruh negara sebanyak 20 persen dengan alasan Masjidil Haram sedang direnovasi.

Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI No 121 Tahun 2013, Indonesia mendapatkan kuota jamaah haji reguler dengan jumlah 155.200 orang dan haji khusus 13.600 orang. Daftar total jumlah kuota jamaah haji reguler dan pedampingnya setiap provinsi sebagaimana berikut ini :

  1. Aceh : 3.140 jamaah
  2. Sumatera Utara : 6.588 jamaah
  3. Sumatera Barat : 3.599 jamaah.
  4. Riau : 4.036 jamaah
  5. Jambi : 2.108 jamaah
  6. Sumatera Selatan jamaah
  7. Bengkulu : 1.292 jamaah.
  8. Lampung : 5.026 jamaah
  9. Bangka Belitung : 732 jamaah.
  10. Kepulauan Riau : 795 jamaah
  11. DKI Jakarta : 5.668 jamaah.
  12. Jawa Barat : 30.088 jamaah.
  13. Jawa Tengah : 23.717 jamaah.
  14. DI Yogyakarta : 2.474 jamaah.
  15. Jawa Timur : 27.323 jamaah.
  16. Banten : 6.834 jamaah.
  17. Bali : 512 jamaah.
  18. Nusa Tenggara Barat : 3.596 jamaah.
  19. Nusa Tengara Timur : 521 jamaah.
  20. Kalimatan Barat : 1.872 jamaah.
  21. Kalimantan Tengah : 1.080 jamaah.
  22. Kalimantan Selatan : 3.050 jamaah.
  23. Kalimantan Timur : 2.256 jamaah
  24. Sulawesi Utara : 561 jamaah.
  25. Sulawesi Tengah : 1.407 jamaah
  26. Sulawesi Selatan : 5.777 jamaah
  27. Sulawesi Tenggara : 1.347 jamaah.
  28. Gorontalo : 714 jamaah
  29. Sulawesi Barat : 1.155 jamaah.
  30. Maluku : 569 jamaah.
  31. Maluku Utara : 853 jamaah.
  32. Papua Barat : 569 jamaah.
  33. Papua : 853 jamaah.

"Sementara untuk total kuota jamaah haji khusus sebanyak 12.899 jamaah, dan kuota petugas haji khusus berjumlah 701 orang," ujar Direktu Jenderal Penyelenggaran Haji dan Umrah, Kementerian Agama RI Anggito Abi Manyu saat konferensi pers di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, Jumat (21/6/2013).

Anggito mengatakan pihaknya telah memperhitungkan dengan matang sehingga kuota tersebut sudah termasuk dengan petugas haji.

"Kita berpedoman 80 % jamaah haji yang telah lunas BPHI, sementara yang 20% akan masuk sebagai kuota cadangan jamaah haji 2014," jelasnya.

Sumber : tribunnews.com

Sabtu, 30 Maret 2013

Petani Padi, Deposan, dan Pekebun Karet



Sebagai seorang anak desa, masa kecil saya diwarnai dengan suasana pedesaan yang hijau dan damai. Hamparan sawah yang terbentang luas berpadu dengan lanscape pegunungan yang menjulang tinggi merupakan romantika yang layak untuk dikenang. Setelah dewasa, saya meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke kota. Pada saat kembali ke kampung halaman terkadang terbetik niat untuk memiliki hamparan sawah sekecil apapun itu.




Kebun Karet

Suatu ketika seorang tetangga menawarkan sebidang sawah seluas 4 ribu meter persegi dengan harga Rp 100 juta. Dari berbagai sumber saya akhirnya mengetahui bahwa sawah seluas 2/5 hektar tersebut akan menghasilkan panen gabah kira-kira 2 ton lebih. Dengan harga gabah kering sekitar Rp 3 ribu per kg, pendapatan dari lahan sawah dalam sekali musim tanam atau 3 bulan adalah Rp 6 juta. Dengan sistem maro atau bagi hasil 50% : 50% antara pemilik sawah dan petani penggarap, maka masing-masing akan mendapatkan Rp3 juta. Dalam setahun pendapatan pemilik sawah seharga Rp 100 juta tadi adalah Rp 9 juta dengan asumsi panen 3 kali. Dengan kata lain, return investasi lahan sawah adalah 9% per tahun. Cukup layakkah pendapatan dari sawah ini?

Saya mencoba untuk membandingkan dengan penempatan pada deposito. Tidak usah muluk-muluk, anggap bunga deposito adalah sebesar penjaminan. Tingkat suku bunga penjaminan di bank umum saat ini adalah 5,5% sementara di BPR adalah 8% per tahun. Dengan memperhitungkan PPh atas imbal hasil deposito sebesar 20%, net return per tahun yang akan diperoleh dari penempatan di BPR adalah sebesar 6,4%. Hasil ini sedikit lebih tinggi dibandingkan berinvestasi di lahan sawah dan tentu saja lebih likuid.

Sekarang mari kita membandingkan dengan investasi di lahan perkebunan karet. Dengan investasi sebesar Rp 100 juta, Anda dapat memperoleh sekitar 1 hektar lahan. Perkebunan karet rata-rata dijalankan dengan sistem bagi hasil. Sistem pembagiannya bervariasi tetapi yang paling umum digunakan adalah 50%:50% masing-masing untuk pemilik lahan dan petani penggarap. Dengan asumsi produksi Bahan Olahan Karet (BOKAR) per bulan adalah 500 kg dan harga BOKAR adalah Rp10 ribu / kg, maka dalam sebulan total pendapatan dari lahan karet adalah Rp 5 juta. Pemilik lahan dan petani penggarap masing-masing mendapatkan Rp 2,5 juta per bulan. Bagi pemilik return investasi perkebunan karet adalah sebesar Rp 30juta per tahun atau 30% per tahun. Asumsi harga yang digunakan adalah asumsi harga saat ini yang tergolong rendah.

Kalau dibandingkan, dari ketiga investasi tersebut pertanian padi merupakan investasi dengan hasil terkecil. Akibatnya bagi pemilik modal usaha pertanian padi menjadi tidak menarik dan demikian juga yang dirasakan oleh petani. Itulah sebabnya di berbagai daerah di Sumatera, lahan sawah banyak yang beralih fungsi menjadi lahan kelapa sawit dan karet. Tak lain pemanisnya adalah hasil perolehan yang lebih besar dari usaha perkebunan kelapa sawit dan karet.

Memang pengalihan fungsi lahan tersebut menyalahi semangat penyediaan pangan berkelanjutan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan. Tetapi tidak bolehkah para petani pangan mengenyam kemakmuran sebagaimana yang dirasakan oleh petani karet atau kelapa sawit. Aturan memang harus ditetapkan dan ditegakkan. Tetapi untuk menegakkanya harus ada insentif yang menarik bagi para petani pangan. Salah satunya adalah melalui peningkatan produktivitas dan penyediaan infrastruktur yang memadai.

Jika petani padi di Indonesia dapat mencapai produktivitas seperti petani padi di Australia yang tercatat mencapai 10 ton per hektar tentunya ini akan menjadi sebuah insentif yang sangat menggiurkan. Dalam kasus saya, lahan seluas 2/5 ha akan menghasilkan 4 ton gabah  atau setara dengan Rp12 juta sehingga return investasi akan mencapai 36%, lebih tinggi daripada return deposito dan menyamai return perkebunan karet.

Memang untuk saat ini hal tersebut masih sebatas angan-angan. Namun bagi seorang anak desa seperti saya, sawah bagaimanapun juga adalah bagian dari romantika masa lalu dan investasi pangan bagi masa depan. Walaupun hasil yang akan didapatkan dari lahan sawah hanya 9% per tahun, tetapi tetap saja itu tidak menyurutkan niat saya untuk memiliki sebidang tanah sawah. Genangan sawah saat memasuki masa tanam dan kuningnya bulir padi saat akan dipanen seperti menutupi 9% oportunity loss dari kesempatan untuk berinvestasi di kebun karet.

Namun demikian, saya terus berharap dan ingin berupaya agar produktivitas sawah dapat naik dan menghidupi petani-petani yang memang paling berhak atas hasil sawah yang mereka kerjakan. Semoga. (*)

Minggu, 17 Maret 2013

Kekurangan Kalsium Bisa Akibatkan Keropos Tulang





Kalsium memang erat kaitannya dengan kesehatan tulang, sebab mineral inilah yang membentuk tulang. Selain itu,peranannya terhadap gigi juga tidak bisa diabaikan. Sembilan puluh sembilan persen kalsium dalam tubuh disimpan dalam tulang dan gigi. Sisanya tersebar di dalam darah dan jaringan lunak, yang memiliki peran sangat penting. Tanpa adanya kalsium, otot tidak dapat berkontraksi dengan benar, darah tidak bisa membeku, dan saraf tidak dapat membawa pesan.

Hebatnya lagi, penelitian terkini yang dilakukan oleh beberapa lembaga menyimpulkan bahwa manfaat kalsium jauh melebihi yang diperkirakan orang. Hector De Luca, pakar biokimia Universitas Winscosin, AS, sudah mewanti-wanti untuk tidak kaget dengan peranan kalsium yang begitu banyak.

Salah satu peran penting kalsium adalah dalam meringankan syndrom pramenstruasi (PMS). Kesimpulan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh dr. Susan Thys-Yacobs, pakar kelenjar endokrin dari St.Luke’s-Roosevelt Hospital Center di New York, bersama rekan – rekannya dari 11 pusat medis di AS, terhadap 500 orang wanita penderita PMS. Secara acak, sebagian dari 500 wanita itu diberi 1.200 mg kalsium per hari. Ternyata, pada siklus haid ketiga, gejala PMS bisa dikurangi 48 % pada wanita yang menelan kalsium.

Hanya saja,kalsium akan bekerja efektif setelah kulit terkena sengatan singkat radiasi ultraviolet B. Paparan sinar matahari memang merangsang produksi vitamin D. Vitamin ini diketahui berfungsi sebagai pembuka kalsium untuk masuk ke dalam aliran darah, sampai akhirnya menyatu di dalam tulang.

Nah, menghindari sinar matahari karena takut hitam ini disinyalir menjadi penyebab kasus osteoporosis di Indonesia tergolong tinggi. Hal ini karena kekurangan asupan kalsium dalam tubuh. Padahal Indonesia merupakan wilayah tropis. Ketakutan ini ditambah pola hidup di perkotaan yang kurang mendapat sinar matahari. “Berangkat kerja ketika matahari belum naik, seharian berada didalam kantor, dan pulang ke rumah setelah gelap”, kata dr. Ichramsjah A.Rahman, D.S.O.G. Padahal sengatan yang dibutuhkan tidak terlalu lama. Umumnya sekitar 15 menit sinar matahari langsung sudah cukup untuk kebutuhan sehari.

Tulang


Keperkasaan kalsium juga teruji dari kesimpulan penelitian yang tertuang  dalam  New England Journal of Medicine, 1993. Disimpulkan bahwa asupan kalsium tinggi (diatas 850 mg) bisa mengurangi resiko gejala batu ginjal. Hal ini karena kalsium memiliki efek protektif dengan mengikat oksalat di usus dan mencegah penyerapan oksalat yang bisa membentuk batu. Yang lebih penting lagi, kalsium juga berpengaruh terhadap masa depan kesehatan bayi. British Medical Journal melaporkan hasil penelitian pada wanita yang diberi suplemen kalsium selama masa kehamilan. Hasilnya, para ibu tersebut akan memiliki anak-anak yang cukup terlindungi dari resiko hipertensi.

Susu hingga sayuran.

Sepanjang hidup kita membutuhkan kalsium. Mulai dari bayi hingga usia tua dengan jumlah kalsium yang berbeda-beda. Demikian juga dengan jenis kelamin membedakan asupan. Menurut Siti Fatimah Moeis, M.Sc, dokter dan ahli gizi lulusan University of London, angka kecukupan kalsium rata-rata yang dianjurkan di Indonesia adalah 500 – 800 mg per orang per hari. Pada usia lanjut dan wanita menopause para ahli cenderung menganjurkan asupan kalsium sampai sekitar 1.000 mg per hari.
Susu memang memiliki kandungan kalsium yang cukup banyak. Susu kambing mengandung 98 mg/100 g, susu kerbau 216 mg/g, susu bubuk full cream 895 mg/g, susu bubuk skim 1.300 mg/g, dan keju 777 mg/g.

Kaya Kalsium


Kalsium bisa diperoleh dari sayuran hijau (bayam misalnya), buah-buahan, brokoli, serta tempe dan tahu. Juga makanan laut. Fatimah mengungkapkan, kandungan kalsium dalam bahan makanan  kacang-kacangan dan ikan cukup besar. Antara lain, 100 gram kacang kedelai basah memiliki 196 mg kalsium, 100 gram kacang kedelai kering mengandung 227 mg kalsium, bahkan dalam 100 gram sari kedelai bubuk terdapat 450 mg kalsium (tetapi dalam 100 gram sari kedelai cair hanya terdapat 50 mg kalsium). Angka yang lebih besar diperoleh dari bungkil kacang tanah (730 mg kalsium). Sedangkan tempe kedelai murni 129 mg kalsium dan tahu 124 mg kalsium.

Dari berbagai sayuran hijau bisa dipilah : daun lamtoro 1.500 mg kalsium, daun kelor 440 mg kalsium, bayam merah 368 mg kalsium, bayam hijau 267 mg kalsium, daun talas 302 mg kalsium, dan daun mlinjo 219 mg kalsium.

Untuk makanan laut bisa dipilih rebon kering (udang kecil) yang sarat kalsium, yakni 2.306 mg/100 gram, rebon segar 757 mg, udang kering 1.209 mg kalsium, udang segar 136 mg kalsium, teri kering 1.200 mg kalsium, dan teri segar 500 mg kalsium.

Hati-Hati Suplemen Kalsium

Menjamurnya suplemen kalsium dan susu kalsium tentu perlu disikapi dengan bijaksana. Kelebihan asupan kalsium memang tidak berpengaruh banyak, kecuali bagi mereka yang berisiko batu kalsium. Konsumsi sehari-hari sampai 2.500 mg masih dianggap aman. Kalsium sisa yang tidak digunakan tubuh akan dikeluarkan melalui urine dan tinja.

Jika dari makanan sehari-hari asupan kalsium kurang, suplemen sangat membantu. Dari uji coba yang dilakukan, suplemen kalsium bisa ditoleransi tubuh dengan baik.  Bahkan pengujian yang dilakukan terhadap 2.295 wanita hamil dengan dosis 2.000 mg tidak menimbulkan efek samping yang berarti.

Memang, beberapa orang mungkin akan mengalami kembung (bloating) atau sembelit ketika  mulai minum suplemen kalsium. Kejadian ini memang tercatat dalam beberapa penelitian. Bagi mereka yang mengalami gejala seperti ini, mulailah dengan dosis rendah, lalu perlahan-lahan ditingkatkan sampai sesuai dengan asupan yang diperbolehkan.

Yang perlu diperhatikan, ada tiga jenis suplemen kalsium : kalsium karbonat, kalsium sitrat,  dan kalsium fosfat.  Nah, sebuah penelitian membandingkan ketiga kalsium itu dengan plasebo (materi bohongan). Tujuannya untuk melihat seberapa jauh pengaruhnya terhadap soal kembung. Ternyata kalsium sitrat menunjukkan level yang tinggi, sedangkan kalsium karbonat sama atau sebanding dengan plasebo.

Kalsium karbonat memang paling banyak digunakan dalam suplemen. Jenis ini paling baik diserap ketika dicerna bersama makanan. Berlawanan dengan itu, kalsium sitrat justru penyerapannya paling baik jika dicerna tanpa makanan. Pada manusia normal, penyerapan dua jenis kalsium itu tidak banyak berbeda dan sebaik penyerapan kalsium dari susu. Pada sejumlah kecil individu dengan achlorhydria (tidak ada asam pencernaan), kalsium sitrat lebih baik penyerapannya.

Efek samping yang harus diperhatikan justru berasal dari bahan-bahan non kalsium dalam suplemen itu. Konsumen harus melihat label dan apakah produknya sudah sesuai standar yang berlaku. (*).


Sumber : berbagai sumber.