Pada hari Jum’at (17/10/2014) yang
lalu, Jokowi yang akan dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 20
Oktober 2014 telah bertemu dengan Prabowo Subianto yang menjadi pesaingnya di
Pilpres Juli lalu.
Pertemuan yang berlangsung di Rumah
Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta berlangsung santai dan penuh nuansa damai
nan santun.
Selepas itu, Prabowo Subianto
menulis surat yang ditujukan kepada seluruh pendukungnya. Bersama
Dakwah mengutip surat yang diunggah oleh mantan Danjen Kopassus itu
di akun resmi Facebooknya.
Berikut isi surat selengkapnya.
Sahabatku sekalian,
Saya tahu banyak diantara kalian yang merasa masih
tidak menerima, masih terluka, karena kita telah dikhianati oleh sistem yang
tidak baik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita harus menimbulkan
perpecahan di bangsa kita.
Seperti sahabat ketahui, dalam berpolitik saya
selalu mengutamakan keutuhan bangsa dan kejayaan Republik Indonesia. Saya paham
bahwa ada negara-negara tertentu yang selalu ingin Indonesia pecah. Ada yang
ingin rakyat Indonesia tetap tergantung sama mereka. Karena itulah saya ingin
menjaga persatuan nasional.
Setelah saya renungkan mendalam, saya melihat di
pihak PDIP dan koalisi mereka masih banyak patriot-patriot, anak-anak Indonesia
yang juga cinta bangsa dan negara dan rakyat. Karena itulah saya memilih untuk
terus berjuang untuk nilai-nilai yang kita pegang teguh yaitu Pancasila, UUD
1945 yang utuh dan asli, NKRI dari Sabang sampai Merauke yang kuat, yang adil,
yang sejahtera, yang berdiri di atas kaki kita sendiri dan yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.
Saya akan terus perjuangkan nilai-nilai itu,
tetapi dalam kerangka senantiasa menjaga jangan sampai terjadi perpecahan di
antara sesama bangsa Indonesia. Kita harus ingat bahwa pihak yang berseberangan
dengan kita dalam sebuah pertarungan politik tidak serta merta dan tidak
otomatis harus menjadi musuh kita.
Dari sejak awal saya katakan bahwa pesaing kita
adalah saudara kita juga. Memang ada pihak-pihak yang penuh kebencian, prasangka
buruk, keserakahan, kedengkian dan jiwa yang curang. Tapi ingat dari awal saya
menganjurkan kepada lingkungan saya, pendukung saya, sahabat-sahabat saya, apa
yang saya tuntut dari diri saya sendiri yaitu berjiwalah sebagai seorang
kesatria, sebagai seorang pendekar. Kalau ada pihak yang menebarkan kebencian,
fitnah, kepada kita bukan berarti kita harus balas dengan sikap yang sama.
Janganlah fitnah kita balas fitnah, janganlah kebencian kita balas kebencian.
Janganlah kita bertindak sebagai individu yang berjiwa Kurawa.
Itulah sikap saya, dan karena itulah saya memilih
jalan yang saya tempuh sekarang. Bukan berarti kita merendahkan nilai-nilai
kita atau perjuangan kita. Semakin kita merasa benar, semakin pula kita harus
rela menghormati orang lain, pihak lain. Kalau orang lain menghormati kita,
kita menghormati orang tersebut. Bahkan kalaupun mereka tidak hormat pada kita,
tidak ada salahnya kita menghormati terus.
Saya mohon semua pendukung-pendukung saya untuk
memahami hal ini. Saya mengerti sebagian dari saudara-saudara belum bisa
menerima sikap saya. Tetapi percayalah, seorang pendekar, seorang kesatria
harus tegar, harus selalu memilih jalan yang baik, jalan yang benar.
Menghindari kekerasan sedapat mungkin. Menjauhi permusuhan dan kebencian.
Sahabat, kita bukan pihak penakut. Sejak dari masa
muda, saya pernah hidup sebagai seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia.
Berkali-kali saya terlibat dalam operasi-operasi militer, dalam kontak-kontak
tembak dengan musuh negara. Saya paham apa artinya kekerasan. Karena itulah
saya sadar bahwa seorang pemimpin sejati, pemimpin yang bertanggung jawab
selalu harus memilih jalan yang sejuk. Apalagi kalau ini adalah untuk menjaga
kepentingan, keutuhan bangsa yang kita cintai.
Sahabat, kita harus tetap militan, kita harus
tetap patriotik. Kita harus menyiapkan diri untuk menghadapi segala
kemungkinan. Kalau kita hormat bukan berarti kita menyerah. Kalau kita sopan
bukan berarti kita meninggalkan perjuangan kita. Tapi kita harus selalu
berusaha mencari jalan yang damai, jalan yang baik. Kita harus selalu
mengutamakan persaudaraan dan persahabatan.
Kalau semua usaha kita, pada saatnya nanti tetap
tidak membuahkan sebuah hasil yang sesuai dengan kepercayaan dan cita-cita
kita, dan keyakinan kita akan kepentingan bangsa dan rakyat, kalau bangsa
Indonesia terancam, kalau kekayaan bangsa terus dirampok oleh bangsa lain,
kalau kita sudah sekuat tenaga menciptakan kesadaran nasional, sebagai patriot
dan pendekar bangsa kita harus tidak ragu-ragu mengambil tindakan yang dituntut
oleh keadaan.
Saya sekali lagi menganjurkan kepada sahabat saya
dan pendukung saya, marilah kita terus tegar. Marilah kita memperkuat diri,
marilah kita menambah barisan kita. Yakinkan lingkungan kita semuanya,
bangkitkan kesadaran nasional kita. Dulu saat Bung Karno bersama para pendiri
bangsa memperjuangkan kemerdekaan, mereka pun berpuluh tahun harus membangun
kesadaran nasional. Sekarang pun kita harus membangun kesadaran nasional, bahwa
kita saat ini sedang diancam oleh bangsa-bangsa asing yang selalu ingin
Indonesia pecah, Indonesia lemah dan selalu tergantung.
Dalam pertemuan saya dengan saudara Joko Widodo
tadi saya sampaikan, bahwa saya merasakan di dalam hati sanubari Joko Widodo
yang paling dalam beliau adalah seorang patriot. Beliau ingin yang terbaik
untuk Indonesia. Oleh karena itu saya memilih untuk membangun silaturahmi
dengan beliau, sesuai dengan ajaran-ajaran budaya nenek moyang kita.
Apalagi agama Islam yang saya anut, mengajarkan
saya bahwa menjalin dan memelihara silaturahmi, persahabatan dan persaudaraan
jauh lebih mulia dan bermanfaat daripada meneruskan prasangka buruk, rasa
curiga, apalagi terjerat dalam kebencian dan permusuhan. Ibarat api tidak bisa
dipadamkan dengan api, maka kebencian dan fitnah mari kita balas dengan berbudi
luhur, berjiwa kesatria. Semakin difitnah, semakin difitnah, semakin dihina,
kita akan semakin tegar.
Saya minta sahabat sekalian janganlah ragu kepada
pilihan-pilihan saya. Janganlah mendorong saya untuk mengambil sikap yang tidak
sesuai dengan jiwa saya sebagai ksatria. Janganlah mengira saya akan surut
dalam perjuangan saya.
Saya juga telah sampaikan kepada saudara Joko
Widodo bahwa perjuangan saya adalah membela UUD 1945 yang lahir 18 Agustus
1945, membela keutuhan NKRI, membangun suatu bangsa ber-Bhinneka Tunggal Ika
yang aman, damai, kuat, adil, makmur dan sejahtera. Beliaupun menyatakan bahwa
itu juga pegangan beliau. Saya juga katakan, kalau nanti dalam perjalanan
Pemerintahan beliau ada kebijakan-kebijakan yang kurang menguntungkan rakyat,
apalagi melanggar Pancasila dan UUD 1945 maka kami tidak akan ragu-ragu
menyampaikan kritik kepada Pemerintah. Beliau menyambut ini dengan baik, dan
beliau juga menyampaikan sewaktu-waktu akan mengundang saya untuk meminta
pendapat dan masukan dari saya.
Terima kasih, saudara-saudara. Sahabatku dimanapun
berada.
Wassalamualaikum.
Salam Indonesia Raya,
Prabowo Subianto
17-10-2014